Peranan Mol Rebung Dalam Meningkatkan Hasil Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus hybridus, L.) Pada Tanah PMK

Authors

  • Nining Sri Sukasih
  • suciana susanti

DOI:

https://doi.org/10.51826/piper.v15i28.289

Abstract

Tanah PMK dikenal dengan tanah ultisol yang memiliki beberapa kekurangan seperti pH rendah, bahan organik rendah, unsur hara rendah serta kandungan Al dan Fe yang tinggi sehingga menghambat penyerapan hara. Agar dapat diusahakan maka pemberian MOL rebung dapat memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara. Membaiknya struktur tanah dan tersedianya unsur hara menyebabkan tanaman bayam tumbuh dan berproduksi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan MOL rebung dalam meningkatkan hasil bayam cabut pada tanah PMK. Penelitian ini dilakukan dengan metode percobaan lapangan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan MOL rebung sebagai perlakuan yang terdiri dari 5 (lima) taraf dan lima ulangan yaitu: tidak diberi MOL rebung (M0), 15 ml MOL rebung (M1), 30 ml MOL rebung (M2), 45 ml MOL rebung (M3), dan 60 ml MOL rebung (M4). Hasil penelitian diketahui bahwa Pemberian MOL rebung berpengaruh terhadap hasil bayam cabut pada tanah PMK, yang ditandai dengan berat segar tanaman. Pemberian 60 ml MOL rebung menghasilkan hasil bayam cabut yang tertinggi pada tanah PMK, rata-rata 40,70 gram per tanaman.

References

Arinong AR, Lasiwua CD. 2011. Aplikasi Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi. Jurnal Agrisistem 7(1): 47-54.

Ariyanto. 2008. Analisis Tata Niaga Sayuran Bayam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. 2017. Kalimantan Barat Dalam Angka Tahun 2017. Pontianak: BPS Kalimantan Barat.

Bandini. 2002. Budidaya Bayam. Jakarta: Penebar Swadaya.

PIPER No.28 Volume 15 April 2019

Peranan Mol Rebung Dalam Meningkatkan Hasil Tanaman Bayam Cabut

(Amaranthus hybridus,L.) Pada Tanah PMK

Bucman, H.O., Brady, N.C. terjemahan Soegiman. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

Dinas Pertanian Kabupaten Jombang. 2010. Panduan Pembuatan Mikroorganisme Lokal. Dinas Pertanian Kabupaten Jombang.

Dwidjoseputro, D. 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Fazria, M. A. 2011. Pengukuran Zat Besi Dalam Bayam Merah Dan Suplemen Penambah Darah Serta Penanganan Terhadap Peningkatan Hemoglobin Dan Zat Besi Dalam Darah. Universitas Indonesia, Depok.

Gadner, F.P., R.B. Pearce., dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan oleh Herawati Susilo dan Subiyanto. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Hadisoeganda, A. W. W. 1996. Bayam sayuran penyangga petani di Indonesia. Monograft No. 4, Bandung.

Hardjadi. S.S. 1991. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hardjowigeno, S. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika Presindo.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Presindo.

Lindung. 2015. Teknologi Mikroorganisme EM4 dan MOL. Jambi: Balai Pelatihan Penyuluhan Jambi.

Lingga, P. 1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Published

2019-06-26

Citation Check