Pengaruh Diameter Stum Dan SP-36 Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasilliensis M)
DOI:
https://doi.org/10.51826/piper.v15i28.295Abstract
Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg) merupakan komoditas yang penting, karena merupakan sumber devisa bagi negara, penghasil bahan baku berbagai industri, dan dapat memperluas kesempatan kerja bagi penduduk di Indonesia umumnya dan kabupaten Sintang khususnya. Badan statistik kabupaten Sintang (2017:166) memaparkan bahwa sebanyak 27.767 kepala keluarga mata pencahariannya adalah dengan berkebun karet dengan total luas 84.930 ha, dari tolat luas tersebut 11.148 ha di antaranya kondisinya telah rusak dan perlu diremajakan. Supaya nantinya kebun karet yang diremajakan mempunyai produktifitas yang tinggi perlu disediakan bibit yang baik. Nazaruddin dan Paimin (2016:148-150) memaparkan bahwa bibit karet yang berkualitas dapat diproleh dengan penggunaan stum yang mempunyai diameter tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar disertai pemberian pupuk, antara lain SP-36. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi diameter stum dengan SP-36 terhadap pertumbuhan bibit karet, dan untuk mendapatkan kombinasi dari perlakuan diameter stum dengan SP-36 yang menghasilkan pertumbuhan bibit karet teringgi. Penelitian ini dirancang secara faktorial, terdiri dari dua faktor, dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap. Faktor pertama adalah diameter stum karet (D), terdiri dari 3 taraf, yaitu 1,0-1,4 cm (d1), 1,5-1,9 cm (d2), dan 2,0-2,4 cm (d3). Faktor ke dua adalah SP-36 (S) terdiri dari 4 taraf dosis, yaitu tanpa sp-36 (s0), 5,00 g per tanaman (s1), 10,00 g per tanaman (s2) dan 15,00 g per tanaman (s3). Masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Pengamatan dikakukan terhadap peubah tinggi tunas dan diameter tunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Interaksi antara diameter stum dengan SP-36 berpengaruh terhadap inggi tunas dan diameter tunas. Kombinasi diameter stum 1,50-1,90 (d2) dangan SP-36 sebanyak 10,00 g per tanaman (s2) menghasilkan pertumbuhan bibit karet tertinggi, pada kombinasi perlakuan tersebut menghasilkan tinggi tunas 25,18 cm dan diameter tunas 5,25 mm.
References
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang 2017. Kabupaten Sintang Dalam Angka. Sintang: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang.
Nazaruddin dan Painin, B. 2003. Budidaya Karet dan Strategi Pemasarannya. Jakarta: Penebar Swadaya,
Supriyadi and C. Nancy. 2001. “Accelerating rubber tecnology adoption in indonesian rubber smallholdings”. In Procedings Indonesian Rubber Conference and IRRDB Symposium 2000. Indonesian Rubber Research Institute. Vol. II: 385-397.
Suradinata, T.S. 2015. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Downloads
Published
2019-06-26
Issue
Section
Artikel