Studi Jenis Reptil Pada Kawasan Hutan Adat Rasau Sebaju Kabupaten Melawi

Authors

  • Surya Aspita
  • Nobertus Jimi

DOI:

https://doi.org/10.51826/piper.v16i30.380

Abstract

Reptil adalah hewan vertebrata berdarah dingin (ektotermal) yang bernafas dengan paru-paru. Hewan ektotermal adalah hewan yang memerlukan sumber panas eksternal untuk melakukan kegiatan metabolismenya, hal itulah yang menyebabkan reptil sering dijumpai berjemur di tempat-tempat yang terkena sinar matahari. Sebagian besar reptil memiliki kulit bersisik yang tidak saling terpisah, dengan warna kulit beragam dari menyerupai lingkungannya hingga berwarna khas. Semua reptil tidak memiliki telinga eksternal (Adler; 2000). Terdapat beberapa ordo dan sub ordo dari kelas reptilia yang tersebar di seluruh dunia kecuali daerah kutub. Indonesia memiliki tiga dari keempat ordo tersebut yaitu Ordo Testudinata, Crocodylia dan Squamata. Sedangkan Tuarata merupakan reptil primitif yang terdiri dari satu jenis dan hanya terdapat di Selandia Baru (Srinivasan; 2008). Jumlah Jenis Reptil yang di temukan selama pengamatan di Kawasan Hutan Adat Rasau Sebaju sebanyak 8 jenis dan 26 individu yaitu Ophidia (bangsa ular) sebanyak (3 jenis dengan 5 individu) yaitu Ular Segitiga Merah (Xenochrophis Trianguligerious) sebanyak 1 individu, Ular Pelangi (Xenopeltis Unicolor) sebanyak 2 individu, Ular Cincin Emas (Boiga Dendrophila) sebanyak 2 individu. Sauria (Kadal) sebanyak (2 jenis dengan 11 individu) yang terdiri dari Bunglon Sisir (Calotes Versicolor) sebanyak 6 individu, Kadal Kebun (Mabouya Multifasciata) sebanyak 11 individu. dan Testudinata (Kura-Kura) sebanyak (3 jenis dengan 4 individu). terdiri dari kura-kura duri (heosemys spinosa) sebanyak 2 individu, labi-labi hutan (dogania subplana) sebanyak 1 individu, kura-kura patok (cuora amboinensis) sebanyak 1 individu. Dari semua jenis Reptil yang ada di Hutan Adat Rasau Sebaju yang terbagi di dalam dua zona yaitu Zona Hijau dan Zona Pemanfaatan. Jenis yang ditemukan karena pakannya yang tersedia, lingkungannya sangat mendukung terhadap tempat tumbuh dan berkembang biaknya hewan Reptil. Reptil banyak ditemukan di habitat teresterial di zona hijau, karena di zona hijau batang-batang pohon masih banyak terdapat dan jarak antara satu pohon kepohon yang lain tidak terlalu jauh, sehingga banyak tempat berlindung atau tempat tinggal. Sebaliknya pada zona pemanfaatan yang didalam zona tersebut jarak antara pohonnya tidak terlalu rapat, karena manusia banyak melakukan aktivitas, sehingga jumlah yang di temukan sedikit.

References

Endarwin W. 2006. Studi Keanekaragaman Reptil Pada Struktur Hutan Berbeda Studi Kasus Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Propinsi Lampung.

Heyer WR, Donnelly MA, McDiarmid RV, Hayek LA & Foster MS.(eds). 1994. Measuring and Monitoring Biological Diversity. Standar Methods for Amphibians. Smithsonian Institution Press, Washington DC.

Halliday T, Adler K. 2000. The Encyclopedia of Reptiles and Amphibians. New York: Facts on File Inc.

Iskandar DT, Colijn E. 2001. A Checklist of Southeast Asian and New Guinean Reptiles – Part I Serpentes. Jakarta: Binamitra.

Iskandar DT, Erdelen WR. 2006. Conservation of amphibians and reptiles in Indonesia: Issues and problems. Amphibian and Reptile Conservation 4(1):60-93.

Kusrini, M.D. 2009. Pedoman Penelitian dan Survei Amfibi di Alam. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Kusrini MD, Endarwin W, UI-Hasanah A, Yazid M. 2007. Metode Pengamatan Herpetofauna di Taman Nasional Batimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan. Modul Pelatihan. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser. Perpustakaan Nasional. Jakarta.

O’Shea M, Halliday T. 2001. Reptiles and Amphibians. London: Dorling Kindersley.

Published

2020-06-08

Citation Check